Perkebunan sawit di Riau yang hampir berumur 20- 30 tahun dengan cerminan kemakmuran dan kesejahteraan di pedesaan maupun dibeberapa daerah baik itu di Riau maupun dibeberapa pulau di Indonesia tidak berbanding lurus atau linier dengan regenerasi estafet petani sawit yang sebelumnya kebun sawit tersebut dimiliki oleh orang tuanya.
Dalam sejarah terutama di Provinsi Riau petani sawit berasal dari beberapa sumber misalnya pola transmigrasi pada zaman orde baru pendatang yang datang dari tempat padat seperti pulau jawa datang ke Riau ini mendapat lahan untuk dikelola lalu orang tua kita menanam pohon sawit menjadi petani sawit secara tradisional hingga tumbuh dan berbuah dan hasil buahnya dijual menghasilkan uang untuk kehidupan bahkan menyekolahkan anak anak nya perguruan tinggi berkelas di kota kota besar yang merupakan hasil orang tuanya menjadi petani konvensional berkebun kelapa sawit.
Bahkan bukan hanya pendidikan saja, banyak orang tua petani sawit kita yang punya banyak tanah perkebunan memanjakan anak anaknya seperti membelikan kendaraan bahkan barang barang Lux yang memperlihatkan kemewahan dan tak jarang adanya sentilan jika dari kampung disebut orang tuanya kaya seperti 'Bos Kelapa Sawit"
Jika kita lihat kelapangan bagaimana proses alih budaya petani dalam rumah tangga di belum kita lihat adanya upaya masif untuk me regenerasi kan petani sawit yang dulunya orang tua sekarang dilanjutkan pada anaknya.
Hal ini disampaikan oleh Rektor Institut Teknologi Perkebunan Pelalawan Indonesia ITP2I Dr. Muhammad Syafi'i S.Pd.M.Si disela sela penandatanganan kontrak penerima beasiswa baru tahun akademik 2022-2023 di kampus ITP2I pada Jumat 13 Januari 2023.
Syafi'i mengatakan sawit yang di rawat dan diperjuangkan oleh orang tua di masa lalu sekarang sudah menghasilkan dan tumbuh, dan sudah sewajarnya dimana dalam satu rumah ada petani Sawit orang tuanya sebaiknya juga ada regenerasi anaknya minimal satu orang jadi petani sawit untuk meneruskan kebun orang tua nya, pastinya kalau Dulu orang tuanya berkebun secara konvensional atau tradisional dan generasi berikutnya harus berteknologi dan ilmu kekinian agar menjadi petani sawit atau berkebun bagi beberapa generasi muda dianggap pekerjaan tidak menarik bahkan kalau sudah berhubungan dengan tanah dianggap kotor dan hal ini yang menjadi tugas kita di perguruan tinggi untuk mengkampanyekan regenerasi untuk sumberdaya manusia pada sektor perkebunan. Ditambah lagi program peremajaan sawit juga ada.
Syafi'i mengatakan yang sukses itu kan orang tuanya dan tantangan generasi selanjutnya jangan sampai malah jadi lahan tidur atau tak terawat sepeninggalan orang tuanya. Mengupayakan satu rumah satu petani agar produksi SDM bidang perkebunan ini tidak putus. Insyaallah kampus punya program tersebut dan saya undang siswa siswi tamatan SMA SMK sederajat terutama di provinsi Riau untuk bergabung bersama kita menjadi mahasiswa baru kita tahun akademik 2023-2024
Fokus pada kompetensi kelapa sawit ada tiga program studi di tawarkan oleh ITP2I yaitu Agroteknologi, teknologi pasca panen dan Teknik industri,. Ayo bergabung agar SDM bidang perkebunan kita tidak putus atau lambat dan jangan sampai sepeninggalan orang tuanya kebun yang ada tak terkelola atau terawat tutup rektor termuda di Provinsi Riau ini.